RSS

Jumat, 25 Juni 2010

Kekhawatiran Nabi Muhamad Terhadap Umatnya

Nabi muhammad adalah seorang pembawa risalah Alloh yang sangat mencintai umatnya. Sepanjang hidupnya ia dedikasikan untuk menyebarkan risalah Alloh kepada umat manusia, walau dihadapkan pada tantangan, cemoohan dan penderitaan.

Alloh SWT menggambarkan sifat dan perjuangan nabi Muhammad dalam QS Attaubah 128:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. 9:128)

Berangkat dari kecintaan beliau yang sangat besar terhadap umatnya, ia menginginkan umatnya senantiasa berada dalam keimanan agar selamat dunia dan akhirat. Untuk itulah, beliau memiliki beberapa kehawatiran yang tidak ingin terjadi kepada umatnya. Karena jika kekhawatiran ini terjadi, niscaya umat itu ada dalam kesesatan dan kecelakaan dunia dan akhirat.

Apa sajakah kekhawatiran nabi itu? Jawabannya adalah sebagai berikut:

#1. Pemimpin yang menyesatkan (Dholim)

Nabi sangat mengkhawatirkan jika umatnya dipimpin oleh pemimpin yang menyesatkan (dholim) . Kenapa? Karena seorang pemimpin adalah lokomotif yang menentukan arah suatu masyarakat. Baik buruknya tatanan masyarakat akan sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Islam melarang umatnya memilih musuh Alloh dan musuh orang beriman sebagai pemimpin baginya. Begitu pula orang yang tabiatnya lebih cenderung terhadap kekafiran daripada keimanan.
Nabi sangat mengkhawatirkan, jika umatnya dipimpin oleh pemimpin yang dholim (menyesatkan), maka umatnya akan rusak.

#2. Riya
Nabi berkata, “Yang paling aku takuti terjadi pada umatku, yakni umatku mampu beramal sholeh tetapi terjebak pada syirik kecil”, Shahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan Syirik kecil itu?”, Nabi menjawab, “Riya”.

Riya adalah ketika seseorang beramal sholeh, ia ingin dilihat oleh manusia dan ingin mendapat pujian. Saat di akhirat kelak, Alloh menyuruh orang yang berbuat riya untuk minta pahala kepada yang di-riyai-nya. Alloh hanya menginginkan amal yang dilakukan seseorang semata-mata untuk mengharap ridho Alloh, bukan yang lainnya.

Sangatlah mudah mengindikasikan apakah perbuatan (ibadah) yang kita lakukan termasuk kategori riya atau tidak. Jika kita semakin bersemangat melakukan ibadah saat ada orang lain yang memuji, dan berhenti saat ada orang menghina, maka berhati-hatilah karena perbuatan itu termasuk kategori riya (manusia oriented). Adapun orang yang ikhlas, ia akan tetap istiqomah menjalankan ibadah, tanpa pengaruh pujian atau hinaan orang lain (Alloh oriented).

#3. Perzinahan
Saat ini, perzinahan telah merajalela di lingkungan sekitar kita, bahkan telah menjadi trend di kalangan generasi muda. Islam sangat melarang perbuatan zina, bahkan perbuatan yang mendekati perzinahanpun dilarang. Dalam pandangan Islam, perbuatan zina merupakan perbuatan keji, buruk dan merusak tatanan sosial.

#4. Munafik yang Pintar Ngomong
Kehadiran orang munafiq yang pintar ngomong sangatlah membahayakan. Ia memiliki kemampuan orasi yang meyakinkan sehingga orang takjub dan kagum terhadap apa yang ucapkannya, meskipun ucapan itu hanyalah hiasan bibir belaka. Alloh akan menempatkan orang munafiq di neraka paling dasar. Orang munafiq selalu dusta saat dia berbicara, menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafirannya. Kehadirannya dalam umat hampir tidak kelihatan karena ia bersembunyi dalam kekafiran.

#5. Kesesatan Hawa Nafsu
Nabi sangat takut jika umatnya berada dalam kesesatan hawa nafsu dan syahwat. Mereka cenderung mengikuti hawa nafsu baik perut maupun kemaluan. Satu satu faktor yang menyebabkan seseorang mengikuti hawa nafsu, ialah meninggalkan sholat.

#6. Lalai Meskipun Tahu
Adab yang paling keras akan ditimpakan Alloh kepada yang ‘alim tetapi tidak mengamalkan ilmunya.

#7. Percaya Dukun dan Mengingkari Takdir

Siapa orang yang datang ke orang pintar (dukun), bertanya sesuatu dan mengimani ucapannya, maka sholatnya selama 40 hari tidak diterima. Saat ini, banyak orang islam yang percaya dukun karena ingin naik pangkat, laris usahanya, dan lain sebagainya. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam, sampai-sampai nabi mengkhawatirkan jika hal ini terjadi kepada umatnya.

(Dikutip dari pengajian Ahad, 21 Feb 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata)

Readmore »»

Ciri Profesional Unggul dalam Al-Quran


setiap individu dewasa tentu memiliki profesi hidup sesuai kadar keahlian, pengalaman dan latar belakang pendidikan. Dalam menekuni profesi ini tentunya menginginkan kesuksesan, agar memperoleh kehidupan yang lebih baik . Al-Quran sebagai pegangan hidup setiap muslim, memberikan kiat agar menjadi profesional unggul di bidangnya masing-masing. Jaminannya, tidak hanya sukses di dunia namun juga di akhirat.

Alloh SWT menceritakan ciri-ciri pekerja (profesional) yang baik dalam beberapa ayat al-Quran, salah satunya dalam QS al-Qashas 26. Dikisahkan dalam ayat ini, salah seorang putri Syuaib menasehati ayahnya agar menjadikan nabi Musa as sebagai pegawai penggembala kambingnya.

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya“.

Dalam ayat ini, Alloh SWT memberikan penjelasan bahwa pekerja yang baik (penggembala kambing) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.

Dalam ayat lain, Alloh SWT menceritakan dalam QS Yusuf 55 mengenai permintaan nabi Yusuf as kepada raja, agar ia dijadikan sebagai staff keuangan negara.

“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kriteria pekerja yang baik (staff keuangan negara) adalah yang pandai menjaga dan berpengetahuan.

Selanjutnya dalam ayat lain, Alloh SWT menceritakan dalam QS al-Baqoroh 247 tentang raja Thalut. Bani Israil meminta diberikan pemimpin perang untuk mengalahkan Djalut. Mereka memiliki paradigma bahwa seorang pemimpin haruslah seorang yang kaya. Namun paradigma itu dibantah nabi.

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “bagaimana thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kriteria pemimpin perang yang baik adalah memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.

Dari penjelasan ketiga ayat diatas, kita bisa mengambil benang merah bahwa profesional yang unggul yang dijelaskan dalam al-Quran haruslah memiliki 3 kekuatan yakni kekuaran fisik, kekuatan pengetahuan (knowledge) dan kekuatan attitude (amanah). Ketiga sifat ini haruslah dimiliki secara terintegrasi bukan parsial. Apalah artinya memiliki kecerdasan dan fisik yang baik jika tidak diimbangi dengan sifat amanah. Yang ada, akan mendapatkan kehancuran bagi diri dan lingkungan sekitarnya.

Lalu, bagaimana agar kita bisa memperoleh ketiga kekuatan tersebut??

Nabi Muhammad saw pernah bersabda “Mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah“. Dalam hal ini Nabi memuji seorang mukmin yang kuat dibandingkan mukmin yang lemah. Para ahli menafsirkan bahwa ‘kuat’ yang dimaksud di sini tidak hanya kuat secara fisik namun yang terpenting adalah kuat dalam keyakinan.

Ternyata, inilah sifat utama yang harus kita miliki agar bisa menggapai kesuksesan dalam meniti karir profesional. Langkah pertama, pelajarilah keyakinan ajaran islam dengan sungguh-sungguh, agar memiliki Way of Thingking aqidah Islam yang benar. Karena dengan keyakinan yang kuat dan kokoh, secara otomatis akan mendorong ‘kemauan’ yang kuat untuk berbuat sesuatu yang positif. Akhirnya, kekuatan yang lainnya pun akan diperoleh.

Fenomena ini sudah dibuktikan sendiri oleh nabi Muhammad selama beliau membina para sahabat. Dengan kekuatan keyakinan, Rosululloh telah mencetak para sahabat yang asalnya ‘gerombolan’ yang tidak teratur di tengah padang pasir, berubah menjadi umat manusia terbaik sepanjang sejarah. Jadilah meraka sebagai komunitas dengan budaya agung yang menguasai sepertiga dunia dalam waktu relatif singkat.

Demikianlah al-Quran dan Hadits Nabi memberikan petunjuk bagi mereka yang menginginkan kesuksesan profesional yang hakiki, dunia dan akhirat.

(Khutbah Jum’at, 16 April 2010, Mesjid PT. Toyota Astra Motor)

Readmore »»

Menapaki Jalan Menuju Surga

suatu hari seseorang bertanya kepada rosul, “Wahai rosul, apakah saya bisa masuk SURGA jika saya melakukan sholat lima waktu, berpuasa romadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, serta tidak menambah atau mengurangi ajaranmu?”, rosul menjawab, “YA”.

asuk surga merupakan visi hidup jangka panjang setiap muslim. Tiada permohonan yang terungkap dari lubuk dan ucapan setiap muslim selain bisa merasakan nikmat surgawi di akhirat kelak. Rosululloh memberikan sinyal, masuk surga bukanlah sesuatu yang mustahil. Semua orang bisa masuk surga, asalkan ia berpegang teguh di atas jalan yang digariskan Alloh dan rosulnya. Ada banyak kunci yang perlu kita pahami dan amalkan, sebagai syarat meraih kenikmatan surgawi tersebut. Tiga diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengejawantahkan Islam sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam

Tujuan utama diturunkannya agama islam ialah memberi rahmat bagi seluruh alam beserta isinya. Ajarannya sedemikian rupa di-design oleh sang creator sesuai dengan fitrah manusia. Islam memberikan haluan berupa perintah dan larangan yang harus ditaati dalam segala aspek kehidupan.

Perintah dan larangan ini haruslah dilakukan dengan tegas dan konsistem. Jangan menghalalkan segala yang diharamkan, dan jangan pula mengharamkan atas segala yang dihalalkan. Rosululloh pernah didatangi tiga pemuda yang berikrar mengamalkan ibadah agar bisa masuk surga. Pemuda pertama berjanji tidak akan pernah menikah selama hidupnya, pemuda kedua tidak akan pernah tidur agar bisa melakukan ibadah terus, dan pemuda ketiga akan berpuasa setiap hari. Mendengar ucapan ini, nabi-pun marah, dan mengatakan,”Saya adalah orang yang paling taqwa, dan saya menikah, tidur dan juga makan”.

Jadi, pola kehidupan haruslah diselaraskan dengan apa-apa yang dicontohkan rosul dengan baik dan benar. Berhati-hati dengan rayuan syetan yang senantiasa menggiring manusia kepada kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani, sekalipun mereka masuk ke suatu lubang.

2. Perlu Membangun Rasa Rindu pada Surga

Belajar dari kisah para sahabat, sering kali mereka mengajukan pertanyaan kepada nabi yang bunyinya, “Beritahu kami amalan yang dapat memasukkan ke surga?”. Mereka sangatlah merindukan surga. Pola kehidupannya dibangun dengan amalan-amalan yang dapat memasukkan diri ke surga.

Rosulpun kelihatan sekali membangkitkan rasa rindu surga di kalangan para sahabat, dengan memberikan beberapa amalan yang menjadikan pelakunya masuk surga, misalnya Beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya, melakukan sholat, zakat, puasa romadhan serta menjaga silaturahmi. Pastikan makanan dan minuman halal , banyak bergaul dengan orang sholeh, duduk di majelis ilmu, membiasakan saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran, serta memperbanyak istigfar.

3. Konsisten dan Komitmen

Prinsip beribadah di dalam agam islam, bukanlah sekali beramal, namun haruslah dilakukan dengan konsisten atau terus menerus. Meskipun nilai ibadah kecil namun dilakukan dengan konsisten akan lebih baik dibandingkan ibadah yang nilainya besar namun dilakukan sekali. Sedikit tapi terus menerus.

(Pengajian Subuh, 22 April 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber: Ust. Mirdas Ekayora Lc)

Readmore »»

Jumat, 11 Juni 2010

Puasa 'ASYURA & Keutamaanya

Keutamaan Bulan Muharram

Pada asalnya hari dan bulan memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah Subhaanahu wa Ta’ala, kecuali yang diistimewakan dari hari dan bulan selainnya berdarkan dalil baik dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Dan termasuk bulan yang mulia di antara bulan-bulan yang ada adalah bulan Muharram. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala, artinya, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu, dan perangilah musyrikin semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (QS. at-Taubah: 36)

Dan di dalam hadits yang shahih Rasulullah bersabda, “……….Di adalam satu tahun ada dua belas bulan dan di antaranya terdapat empat bulan yang mulia, tiga di antaranya berturut-turut: Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab yang berada di antara bulan Jumada dan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari, no. 2958 dari Abu Bakrah).

Dari ayat dan hadits di atas telah menunjukkan kemuliaan bulan tersebut di sisi Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan menemaan Muharram merupakan penguat atas keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Dan di antara keutamaan yang terkandung di bulan Muharram adalah sebagai berikut:

1. Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram, khususnya berpuasa pada tanggal 10 Muharram (puasa ‘Asyura).

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al-Muharram.” (HR. Muslim)

Dan di dalam hadits yang lain beliau juga bersabda, “Puasa ‘Asyura menghapus kesalahan setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim).

Ibnu Abbas berkata, “Tidaklah aku melihat Rasulullah lebih menjaga puasa pada hari yang diutamakannya dari hari yang lain kecuali hari ini, yaitu ‘Asyura.”(Shahih at-Targhib wa at-Tarhib).

2. Pada hari 'Asyura merupakan hari-hari Allah, yang pada hari itu al-haq mendapatkan kemenangan atas kebatilan. Orang-orang mukmin yang sedikit mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir yang banyak. Pada hari itu pula Allah menyelamatkan Nabi Musa 'alaihis salam dan kaumnya dari kerajaan Fir'aun, sehingga nabi Musa berpuasa sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Ta'ala.Sebagaimana riwayat dari Ibnu Abbas, dia berkata; "Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam datang di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi sedang berpuasa pada hari 'Asyura, kemudian beliau bertanya: "Hai apa ini?" mereka menjawab: "Ini adalah hari yang baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka berpuasalah nabi Musa 'alaihis salam". Beliau bersabda: "Aku lebih berhak terhadap musa daripada kalian, kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan -para shahabat- agar berpuasa pada hari itu."(HR. al-Bukhari, no. 1865)

Keuatamaan Berpuasa ‘Asyura

Puasa pada hari 'Asyura sudah dikenal sejak zaman jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh 'Aisyah, "Sesungguhnya orang-orang jahiliyah dahulu berpuasa pada hari itu."

Al-Qurthubi berkata, "Kemungkinan kaum Quraisy menyandarkan amalan puasa mereka kepada syari'at orang-orang sebelum mereka, seperti syari'at Nabi Ibrahim."

Demikian pula saat di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah, beliau Shallallaahu berpuasa pada hari tersebut. Dan ketika beliau hijrah ke Madinah dan mendapati orang-orang Yahudi merayakannya beliaupun bertanya kepada mereka tentang sebabnya, kemudian mereka menjawab sebagaimana yang tersebut di dalam hadits, "Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka berpuasalah Musa 'alaihis salam."(HR. al-Bukhari, no. 1865)

Oleh karenanya beliau memerintahkan para sahabat untuk menyelisihi mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari, bahwa Nabi bersabda, ".......Berpuasalah kalian pada hari tersebut."(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Diperintahkannya puasa ‘Asyura karena didalamnya terkandung sekian keutamaan, sebagaimana yang telah dikhabarkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa du bulan Allah al-Muharram." (HR. Muslim, no. 1982)

Dalam riwayat yang lain, disebutkan bahwa beliau ditanya tentang puasa di hari 'Asyura, maka beliau menjawab, "Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Baihaqi dan Abdur Razaq)

Imam an-Nawawiy berkata, “Puasa hari ‘Asyura dapat menghapuskan seluruh dosa-dosa kecil selain dosa-dosa besar dan sebagai kafarrah dosa satu tahun.” (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, juz. 6)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Dihapuskan dosa-dosa dengan thaharah, shalat, puasa di bulan Ramadhan, puasa hari ‘Arafah, dan puasa hari ‘Asyura, semuanya untuk dosa-dosa yang kecil.”(Lihat. Al-Fatawa al-Kubra, juz. 5)

Ibnu Abbas berkata, "Tidak pernah aku melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam begitu bersemangat perpuasa di hari yang beliau utamakan dibandingkan hari yang lain kecuali hari ini, yakni hari 'Asyura, dan bulan ini, yakni bulan Ramadhan." (HR. al-Bukhari, no. 1867)

Disukai puasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan Tasu’a (9 Muharram) untuk menyelisi orang-orang Yahudi dan Nashrani.

Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari tersebut diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani," maka Rasulullah bersabda, “Maka apabila datang tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari ke sembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Tidaklah datang tahun berikutnya sampai Rasulullah wafat.”(HR. Muslim, no. 1916)

Berkaitan dengan puasa 'Asyura secara khusus, maka ada beberapa cara dalam pelaksanaannya, di antaranya:

1. Berpuasa selama tiga hari, 9, 10 dan 11 Muharram.

Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Abbas, "Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan sehari setelahnya."

Ibnu Hajar di dalam Fath al-Baari, 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan cara ini. Dan termasuk yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut adalah Imam asy-Syaukani (Nail al-Authar, 4/245)

Namun maryolitas ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih hati-hati. Sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Qudamah di dalam al-Mughni dari pendapat Imam Ahmad yang memilih cara seperti ini pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.

2. Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Maryolitas hadits menunjukkan cara seperti ini, sebagaimana yang telah tersampaikan di atas.

3. Berpuasa dua hari, yaitu pada tanggal 9 dan 10 atau 10 dan 11 Muharram.

Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Abbas, "Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum atau sehari setelahnya."(Hadits shahih secara mauquf sebagaimana dalam as-Sunan al-Ma'tsurah, asy-Syafi'i, no. 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar, 1/218).

Ibnu Rajab berkata, "Dalam sebagian riwayat disebutakan "atau sesudahnya", maka kata "atau" di sini mungkin merupakan keraguan rawi atau memang menunjukkan kebolehan..."(Lihat, Lathaiful Ma'arif, hal. 49)

Ar-Rafi' berkata, "Berdasarkan ini, seandainya tidak berpuasa pada tanggal 9 maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 11 Muharram." (Lihat, at-Talhish al-Habir, 2/213)

4. Berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja.

Al-Hafidz berkata, "Puasa 'Asyura mempunyai tiga tingkatan, yang terendah berpuasa sehari saja, tingkatan di atasnya ditambah puasa tanggal 9 dan tingkatan berikutnya ditambah puasa tanggal 9 dan 11 Muharram. Wallahu a'lam."

Khatimah

Demikian pembahasan singkat yang dapat kami sampaikan. Semoga kita dapat memuliakan dan mengagungkan bulan Muharram tersebut sebagaimana Allah telah memuliakannya dengan cara mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan cara-cara yang tidak ada asal-usulnya dari syari’at sama sekali.

Dan akhirnya semoga pembahasan ini bermanfa’t bagi kita semua. Wallahu ‘alamu bish shawab.

Readmore »»

Semakin Banyak Memberi, Semakin Banyak Menerima


Kisah yang menyentuh, tentang suami istri yang saling mencintai dan saling setia. Mudah2an dapat menjadi renungan dan motivasi bersama di hari ini”

“Namaku Linda & aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberiku sebuah pelajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat & mengagumkan penuh gairah seperti dalam novel-novel roman, walau begitu menurutku ini adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua.

Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri. Mereka bertemu disebuah acara resepsi pernikahan & kata ayahku ia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk kedalam ruangan & saat itu ia tahu, inilah wanita yang akan menikah dengannya. Itu menjadi kenyataan & kini mereka telah menikah selama 40 tahun & memiliki tiga orang anak, aku anak tertua, telah menikah & memberikan mereka dua orang cucu.

Mereka bahagia & selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh cinta kasih & kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Saat itu beberapa ibu-ibu tetangga kami mengajak ibuku pergi kepembukaan pasar murah yang mengobral alat-alat kebutuhan rumah tangga. Mereka mengatakan saat pembukaan adalah saat terbaik untuk berbelanja barang obral karena saat itu saat termurah dengan kualitas barang-barang terbaik.

Tapi ibuku menolaknya karena ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata ibuku,”Mama tak akan pernah meninggalkan papa sendirian”.

Hal itu yang selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang wanita aku harus patuh pada suamiku & selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang wanita harus bisa menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu menurut mereka, itu hanya janji pernikahan, omong kosong belaka. Tapi aku tak pernah memperdulikan mereka, aku percaya nasihat ibuku.

Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, setelah ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi & menjadi lumpuh. Dokter mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, & dia harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat tidur.

Ayahku, seorang pria yang masih sehat diusianya yang lebih tua, tapi ia tetap merawat ibuku, menyuapinya, bercerita banyak hal padanya, mengatakan padanya kalau ia mencintainya. Ayahku tak pernah meninggalkannya, selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya, ia masih suka bercanda-canda dengan ibuku. Ayahku pernah mencatkan kuku tangan ibuku, & ketika ibuku bertanya ,”untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua & jelek sekali”.

Ayahku menjawab, “aku ingin kau tetap merasa cantik”. Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, ia merawat ibuku dengan penuh kelembutan & kasih sayang, para kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat kagum dengan kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar.

Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”…kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?” Aku menggeleng & ibuku melanjutkan, “karena aku tak pernah meninggalkannya…”

Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri, mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, & cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.

Readmore »»

100 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

Semoga Bermanfaat. 100 Langkah Menuju Kesempunaan Iman Bersyukur apabila mendapat nikmat; Sabar apabila mendapat kesulitan; Tawakal apabila mempunyai rencana/program; Ikhlas dalam segala amal perbuatan; Jangan membiarkan hati larut ...

100 Langkah Menuju Kesempunaan Iman

1. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
2. Sabar apabila mendapat kesulitan;
3. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
4. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
5. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
6. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
7. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
8. Jangan usil dengan kekayaan orang;
9. Jangan hasud dan iri atas kesuksesan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksesan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambisius akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan bekeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri;
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah dan di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syetan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Bersihkan harta dari hak-hak orang lain;
42. Berlakulah adil dalam segala urusan;
43. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
45. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
46. Perbanyak silaturahmi;
47. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
48. Bicaralah secukupnya;
49. Beristri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
50. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
51. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
52. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
53. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
54. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
55. Hormatilah kepada guru dan ulama;
56. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
57. Cintai keluarga Nabi saw;
58. Jangan terlalu banyak hutang;
59. Jangan terlampau mudah berjanji;
60. Selalu ingat akan saat kematian dan sadar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
61. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
62. Bergaullah dengan orang-orang shaleh;
63. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
64. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
65. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
66. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
67. Jangan membenci seseorang karena paham dan pendirian;
68. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
69. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuai pilihan;
70. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan;
71. Jangan melukai hati orang lain;
72. Jangan membiasakan berkata dusta;
73. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
74. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
75. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
76. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita;
77. Jangan membuka aib orang lain;
78. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
79. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
80. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
81. Jangan minder karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
82. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama dan umat manusia;
83. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
84. jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
85. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
86. Hargai prestasi dan pemberian orang;
87. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
88. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan;
89. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
90. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisik atau mental kita menjadi terganggu;
91. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
92. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
93. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu, dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
94. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita, sebelum dicek kebenarannya;
95. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
96. Sambutlah uluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
97. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang di luar kemampuan diri;
98. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tantangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
99. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan;
100. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang;

Readmore »»